Jakarta - Jika ilmuwan vulkanologi menyatakan awan mirip Petruk tidak berarti apa-apa, Ponimin (50) yang disebut-sebut "sakti" seperti Mbah Maridjan, punya penafsiran sendiri. Menurutnya, hidung Petruk yang menghadap Yogyakarta mengandung arti Merapi mengincar Yogyakarta.
"Memang sebenarnya yang di arah Yogyakarta, sasaran Merapi Yogya," kata Ponimin saat ditemui wartawan di Kaliadem, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Jumat (29/10/2010).
Kenapa Yogyakarta yang diincar? Ponimin punya alasan sendiri, dia yakin itu karena tabiat orang-orang di sana.
"Di Yogya ini banyak orang-orang tidak baik, mereka yang diincar Merapi. Para penunggunya sudah marah dengan kondisi masyarakat," jelas Ponimin yang saat ditemui tengah "diantre" para jurnalis asing.
Ponimin menjelaskan, untuk menanggulanginya diperlukan pertobatan. Masyarakat bisa meningkatkan amalan. "Kalau tidak ingin Yogya jadi sasaran kemarahan penghuni Merapi, kata istri saya, kita harus banyak mengaji," terangnya.
Ponimin bersama 7 anggota keluarganya selamat dari awan panas Merapi. Dia dan keluarganya berlindung di bawah mukena yang biasa dipakai istrinya salat. Rumah Ponimin hanya berjarak 200 meter dari rumah Mbah Maridjan.
Ponimin dikenal warga lereng Merapi sebagai orang nomor dua setelah Mbah Maridjan. Dia biasa dimintai tolong warga untuk menangkal hujan atau menggelar selamatam.
Ponimin menyatakan bahwa sosok mirip Petruk itu merupakan salah satu penunggu Merapi. "Memang di puncak Merapi ada sosok Mbah Petruk, saya pernah bertemu. Sosoknya kaya mbah-mbah. Tapi di sana banyak jin dan para sesepuh, seperti Kiai Sidik Purnomo, Empu Permadi, Empu Romo, Empu Branjang Wesi, dan ada Eyang Guntur Geni," jelasnya.
Suswanto (40), warga Srumbung, Magelang, mengabadikan awan yang berbentuk Petruk dengan bidikan kamera ponselnya pada Senin 25 Oktober selepas subuh. Sebagian sesepuh di desa tersebut mengartikan itu sebagai tanda bahwa akan ada letusan Merapi yang besar. Kepala Mbah Petruk yang menghadap ke selatan artinya musibah akan terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya.
Sekadar diketahui, status Siaga Merapi diterapkan mulai 25 Oktober pukul 06.00 WIB. Merapi meletus esok harinya pukul 17.02 hingga menjelang 19.00 WIB dan merupakan letusan terdahsyat hingga sepekan ini.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo menilai asap berbentuk Petruk itu tidak ada arti apa-apa. "Asap seperti itu bisa berbentuk apa saja. Kalau ada yang mengatakan itu pertanda akan ada letusan yang lebih besar saya rasa itu hanya mitos saja," ujar Subandriyo.
Subandriyo menuturkan, bentuk-bentuk seperti itu (mirip Petruk) memang bisa terjadi akibat adanya kombinasi bayangan. Seperti pada letusan Merapi pada tahun lalu, asap letusan juga pernah menyerupai patung manusia. (ndr/nrl)
"Memang sebenarnya yang di arah Yogyakarta, sasaran Merapi Yogya," kata Ponimin saat ditemui wartawan di Kaliadem, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Jumat (29/10/2010).
Kenapa Yogyakarta yang diincar? Ponimin punya alasan sendiri, dia yakin itu karena tabiat orang-orang di sana.
"Di Yogya ini banyak orang-orang tidak baik, mereka yang diincar Merapi. Para penunggunya sudah marah dengan kondisi masyarakat," jelas Ponimin yang saat ditemui tengah "diantre" para jurnalis asing.
Ponimin menjelaskan, untuk menanggulanginya diperlukan pertobatan. Masyarakat bisa meningkatkan amalan. "Kalau tidak ingin Yogya jadi sasaran kemarahan penghuni Merapi, kata istri saya, kita harus banyak mengaji," terangnya.
Ponimin bersama 7 anggota keluarganya selamat dari awan panas Merapi. Dia dan keluarganya berlindung di bawah mukena yang biasa dipakai istrinya salat. Rumah Ponimin hanya berjarak 200 meter dari rumah Mbah Maridjan.
Ponimin dikenal warga lereng Merapi sebagai orang nomor dua setelah Mbah Maridjan. Dia biasa dimintai tolong warga untuk menangkal hujan atau menggelar selamatam.
Ponimin menyatakan bahwa sosok mirip Petruk itu merupakan salah satu penunggu Merapi. "Memang di puncak Merapi ada sosok Mbah Petruk, saya pernah bertemu. Sosoknya kaya mbah-mbah. Tapi di sana banyak jin dan para sesepuh, seperti Kiai Sidik Purnomo, Empu Permadi, Empu Romo, Empu Branjang Wesi, dan ada Eyang Guntur Geni," jelasnya.
Suswanto (40), warga Srumbung, Magelang, mengabadikan awan yang berbentuk Petruk dengan bidikan kamera ponselnya pada Senin 25 Oktober selepas subuh. Sebagian sesepuh di desa tersebut mengartikan itu sebagai tanda bahwa akan ada letusan Merapi yang besar. Kepala Mbah Petruk yang menghadap ke selatan artinya musibah akan terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya.
Sekadar diketahui, status Siaga Merapi diterapkan mulai 25 Oktober pukul 06.00 WIB. Merapi meletus esok harinya pukul 17.02 hingga menjelang 19.00 WIB dan merupakan letusan terdahsyat hingga sepekan ini.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo menilai asap berbentuk Petruk itu tidak ada arti apa-apa. "Asap seperti itu bisa berbentuk apa saja. Kalau ada yang mengatakan itu pertanda akan ada letusan yang lebih besar saya rasa itu hanya mitos saja," ujar Subandriyo.
Subandriyo menuturkan, bentuk-bentuk seperti itu (mirip Petruk) memang bisa terjadi akibat adanya kombinasi bayangan. Seperti pada letusan Merapi pada tahun lalu, asap letusan juga pernah menyerupai patung manusia. (ndr/nrl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar